SULTAN FAHREZI
Setelah merayakan ulang tahunku yang ke 12, ayah mengajaku ke salah satu Mall terbesar di Jogja. Beliau mengizinkanku membeli apa saja yang aku mau. Tentu saja aku senang bukan main. Aku sangat ingin membeli robot-robotan terbaru seperti di iklan televisi. Setelah sampai di Mall aku langsung mengajak ke pusat mainan, aku langsung menemukan mainan yang aku cari karena mainan itu sangat terkenal. Robot itu sangat keren dengan pedang di tangannya. Sayangnya, di etalase toko itu tinggal satu robot yang dipajang. Aku segera menghampiri toko itu, namun saat aku mencapai setengah jarak yang kutempuh. Ada seorang anak perempuan berpakaian laki-laki yang mengambil robot itu dan beranjak membawanya ke kasir. Buru-buru aku manghentikan anak perempuan itu.
“hei kamu!”
“mhh... aku?”
“ya kamu, kenapa kamu membeli mainan itu? Bukankah kamu seorang anak perempuan, kenapa tidak membeli boneka saja?”
“terserah aku, apa masalahmu?”
“aku ingin mainan itu, berikan padaku”
“tidak akan!”
“apakah kau tahu? Aku cucu Sultan! Aku seorang pangeran, kau harus memberikan mainan itu padaku!”
“apa peduliku? Aku tidak akan memberikan robot ini padamu!”
Anak perempuan itu kemudian berlari ke arah kasir dan dengan cepat menuju pintu keluar. Aku terpaku, rasanya pengen menangis. Aku selalu mendapatkan apa yang aku mau, kenapa kali ini tidak? Ini gara-gara anak itu. Padahal aku seorang pangeran. Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi tentang pangeran. Itu hanya akan membuatku kecewa jika keinginanku tidak dituruti. Tiba-tiba aku benci karena menjadi seorang pangeran.
6 TAHUN KEMUDIAN...
FIRDHA
Aku mencintainya. Sangat sangat mencintainya. Dialah pangeranku. Aku begitu mengaguminya, sejak pertama kali melihatnya pada MOS sekolahku 6 bulan yang lalu. Di adalah orang yang sangat pendiam, berwibawa, keren, dan alim. Benar-benar orang yang istimewa. Namanya Sultan Fahrezi, jangan kaget dengan nama depannya, karena dia memang adalah salah satu cucu Sultan Yogjakarta. Jadi tidak salah juga aku memanggilnya Pangeran, karena dia benar-benar seorang Pangeran. Aku selalu mengharap keajaiban bahwa pada suatu saat nanti dia punya perasaan yang sama denganku. Apakah ini terlalu konyol? Mungkin itu adalah keajaiban terbesar yang akan pernah aku rasakan. Karena hal itu terlalu tidak mungkin, dan apakah aku menyerah untuk mencintainya? Tidak, karena aku tulus mencintainya... namun, demi dia juga aku rela mengubah penampilanku habis-habisan. Yang mulanya aku tomboy, kini berubah menjadi putri yang lemah lembut.
Sepeti sore ini, ketika aku mengikuti Ekstra Kulikuler Melukis, aku memakai dress panjang putih polkadot dan memakai bandana hitam berpita. Benar-benar manis. Aku melangkah di sepanjang koridor sekolah dengan senangnya, eits, sebenarnya aku tak suka melukis, aku benar-benar tak berbakat di bidang seni. Tapi gimana lagi, aku ikut Ekstra Melukis karena Sufa (singkatan dari Sultan Fahrezi) adalah Ketuanya...!!! aku menuju ke ruang melukis. Disana aku melihat Sufa sedang melanjutkan lukisannya. Sebuah lukisan abstrak yang tak begitu jelas... kemudian aku menuju meja lukisku yang mengambil alat-alat yang kuperlukan. Aku sedang menggambar Sufa yang lagi berjalan dengan gaya khasnya, cool. Tapi gambarku benar-benar awut-awutan. Dan gak mirip samasekali. Malah terlihat seperti gambar abstrak. Kemudian aku memilih memandangi Sufa yang sedang serius. Dia benar-benar tampan... tiba-tiba aku dikagetkan oleh Loli, teman dekatku.
“HAYOO, NGELAMUNIN SUFA YA....!”
Mungkin dia memang gak sengaja membunuhku di tempat itu, tapi suaranya yang benar-benar keras itu membuat seluruh orang yang ada di tempat itu menoleh pada kami berdua. Tak terkecuali Sufa. Aku merasa tiba-tiba pipiku terasa panas. Kemudian Reza, salah satu teman Sufa menambahi,
“WAH, ZI KAMU PUNYA PENGGEMAR KECIL DISINI”
Dan semua yang ada di ruang lukis itupun tertawa sambil melanjutkan aktivitasnya. Tapi, aku lihat hanya Sufa yang tidak tertawa. Wajahnya semakin dingin, dia melukis seolah tidak peduli apa yang baru saja terjadi. Tiba-tiba dadaku sesak. Aku ingin keluar dari ruangan ini. Aku ingin menangis. Loli yang merasa jadi penyebab semua ini, meminta maaf padaku. Aku tak mengacuhkannya. Aku berdiri dan menuju ke halaman belakang sekolah.
Aku menangis sepuasnya disana, melihat sikap dingin Sifa benar-benar membuat dadaku sesak. Dan aku menangis...
REZA
Dia keluar dari ruang lukis. Mungkin dia marah karena perkataanku? Aku bingung antara menyusulnya atau tidak. Jujur aku benar-benar kecewa, gadis yang aku sukai, ternyata juga menyukai sahabatku sendiri. Ezi memang benar-benar sosok idola, dan aku disini seperti seorang pembantu yang selalu mengikuti kemana majikannya pergi. Wajahku memang tidak ada apa-apanya dengan Ezi, apalagi tentang kekayaan. Keluarga Ezi sangat kaya, namun selalu sederhana. Tidak mengherankan jika banyak gadis yang suka padanya, termasuk Firdha. Aku benar-benar menyukainya ketika pertama kali melihatnya. Dia adalah gadis cilik berwajah manis, imut, dan ceria. Siapapun pasti langsung akrab dengannya. Kecuali aku,aku tidak berani berkenalan dengannya. Biarlah, mungkin aku hanya bisa memandangnya dari jauh... seperti sekarang ini. Aku mencintaimu Dha...
FIRDHA
Dua bulan dari kejadian di ruang lukis itu, kini aku mulai memendam perasaanku pada Sufa. Berpura-pura tidak menyukainya lagi. Sulit memang, karena setiap melihatnya hatiku selalu berdebar keras dan rasanya aku melihat sesuatu yang sangat indah. Terlalu indah mungkin. Tentang Loli, aku sudah memaafkannya. Kini hariku berjalan terlalu biasa, tanpa teriakan histerisku pada Sufa. Jika tidak sengaja bertemu dengannya, aku selalu memalingkan wajahku... gara-gara kejadian itu, hampir semua orang di sekolah ini tahu, bahwa seorang Firdhaus Manira menyukai Sultan Fahrezi. Aku merasa terlalu tidak ada apa-apanya dengan seorang pangeran seperti dia. Mungkin dia bisa jatuh cinta dengan seorang putri solo, atau dengan seorang anak konglomerat yang lemah lembut. Yang jelas, tidak seperti aku.
Kini masalahku adalah meyakinkan teman-teman bahwa aku tak lagi menyukai Sufa. Tapi bagaimana caranya? Berita tentang perasaanku padanya telah mengudara di sekolah ini. Maklum, berita tentang Sufa memang selalu bikin heboh.
Hmmm, apa aku harus punya pacar ya? Apakah aku harus menerima Wawan, cowok yang begitu setia mengejark selama ini? Selain dia, apakah ada yang mau denganku? Yang jelas-jelas menyukai sang pangeran? Aku perlu konsultasi...
RANI
Cerita Firdha selalu lucu, aku menyukai adik kecilku itu. Orangnya ceria, imut-imut dan menggemaskan. Dari setahun yang lalu ketika aku mulai menganggapnya adik, dia langsung bisa terbuka padku. Bercerita tentang Ezi, yang dipanggilnya Sufa. Lucu juga, panggilan buat Ezi dari adik kecilku itu. Dia selalu bercerita menggebu-gebu tentang Ezi, apapun tentang Ezi pasti diketahuinya. Dan aktivitas yang dilakukan Ezi pasti selalu diingatnya, sedetail-detailnya. Bayangkan, bahkan Firdha hafal merk sepatu, tas, jaket,nomor plat motor, nama ayah-ibu, adik-kakak, pokoknya dia benar-benar tergila-gila dengan Ezi. Dia suka bercerita padaku, mungkin karena aku selalu memberikan informasi terbaru tentang Ezi. Itu karena aku adalah teman sekelasnya, aku juga Ketua II Ekstra Melukis.
Tapi hari ini, ketika dia menemuiku, wajahnya terlihat lesu. Dia mulai cerita dengan kata-kata yang tabu di telingaku.
“Aku akan melupakan Sufa”
Mengingat betapa besar perasaan Firdha pada Ezi, terlalu aneh dia mengatakan itu. Kemudian dia bercerita banyak, bukan tentang Ezi, tapi tentang Wawan seorang cowok yang dengan setia menunggu cintanya. Aku tak bisa mengatakan apa-apa karena pikiranku terlalu melayang jauh.
FIRDHA
Dua bulan kemudian, tepat hari ini, 17 Juli 2011 , aku jadian dengan seorang cowok. Bukan Sufa (jelas), juga bukan Wawan, cowok itu adalah Eggi. Anak kelas sebelah. Teman curhatku satu bulan terakhir. Aku banyak bertanya padanya tentang cara menaklukan cowok. Tapi malah dia sendiri yang menembakku, karena aku butuh pelarian akhirnya kuterima dia. Jujur, aku kasihan padanya. Dia adalah cowok manis, sopan, baik,perhatian, dan dewasa. Tapi aku benar-benar membutuhkan sosok pacar saat ini. Untuk menunjukkan pada Sufa, teman-temannya, teman-temanku, bahwa aku bisa berpaling dar Sufa.
Hari-hari SMA-ku kulalui dengan menghabiskan waktu dengan Eggi. Aku benar-benar terpaksa. Aku hanya ingin menunjukkan pada semuanya bahwa aku bisa melupakan Sufa. Walaupun sampai detik ini, aku masih mencintainya. Sangat mencintainya. Gaya pacaranku dengan Eggi? Mungkin aku terlalu kejam, aku selalu menyuruhnya ini-itu, membelikanku sesuatu, mengantarku kemanapun,tapi setiap hari aku selalu marah-marah padanya, selalu tak mempedulikannya, dan tak pernah mengatakan cinta padanya. Bagaimana lagi? Ku memang tak cinta padanya...
Sampai hari ini pun, ketika 6 bulan jadian kami, dia memberikanku hadiah boneka Hello kitty,dan seikat bunga mawar aku malah membuangnya di depan matanya sendiri. Itu karena dia telat datang kerumahku. Aku sudah menunggu selama 15 menit, tapi dia belum datang-datang juga. Setelah menit keduapuluh, akhirnya dia muncul. Dia terlihat kecewa ketika aku melempar hadiahnya...
EGGI
“kamu tahu kenapa aku sampai telat datang kerumahmu? Itu karena aku sudah muter-muter seluruh Jogja untuk membelikanmu hadiah spesial ini. Dan aku harus antri untuk membelinya. Tahukan kamu bahwa jalanan Jogja malam ini sangat ramai? Macet? Dan kamu melempar hadiahku ini seakan tak ada harganya. Pikirkan perasaanku sedikit saja. Aku telah melakukan semuanya untukmu. Aku merasa seperti pembantumu, yang ketika kau butuh aku kamu memanggilku, ketika kau tak membutuhkanku kau tak pedulikanku. Aku sayang kamu Dha, sangat sayang. Makanya aku melakukan ini, melakukan semua ini untukmu. Tak pernah kau rasakankah besarnya rasa cintaku padamu? Kenapa kau begitu tega padaku? Apa salahku? Aku sayang kamu. Mungkin aku memang tak pantas bersamamu. Kau begitu populer, banyak penggemar, dan aku hanya seperti ini. Tapi jangan seperti ini, aku terlalu sakit Dha...”
Hanya itu yang bisa aku katakan pada gadis dihadapanku ini. Aku sangat mencintainya, dan aku tahu selama ini dia tak mencintaiku sama sekali. Dia hanya mencintai Ezi. Aku mengatakan ini, air mataku tak bisa kubendung lagi, terlalu sakit yang kurasakan selama ini. Kemudian aku mengelus kepalanya, dan pulang. Dia pun tak mengatakan sepatah katapun ketika aku meninggalkan rumahnya.
FIRDHA
Entahlah, ketika dia meninggalkanku, ketika aku menatap punggungnya yang semakin jauh meninggalkanku. Tiba-tiba aku merasa sangat kehilangan. Tuhan... aku mencintainya.
EGGI
Hari ini aku memberikan kejutan pada pacarku tercinta,tepat setahun setelah tanggal jadian kami, sebuah cincin tunangan. Mungkin terlalu dini untuk kamu karena kamu baru kelas 2 SMA. Tapi aku ingin benar-benar serius dengannya. Aku sangat mencintainya. Tidak seperti 6 bulan lalu, kini dia langsung memelukku. Berkali-kali dia mengatakan “I love you”. Aku berhasil menaklukannya, sobat. Gadis kecilku ini telah benar-benar jatuh cinta padaku. Aku tak meragukannya sedikitpun. Berkali-kali dia berusaha meyakinkanku bahwa dia telah melupakan Ezi walaupun aku tak berharap secara utuh hatinya diberikan padaku, aku sudah sangat senang dengan keadaan ini. Gadis yang benar-benar aku cintai, kini juga mencintaiku. Sifatnya juga berubah 180 derajat, dia kini begitu dewasa, perhatian, dan pengertian. Kini hatiku sepenuhnya miliknya. Aku benar-benar mencintainya.
FIRDHA
Aku mencintainya... bukan, bukan Sufa. Tapi Eggi. Memang aku tak bisa menghapus bayang-bayang Sufa sepenuhnya. Tapi aku sangat mencintai Eggi. Kini aku baru sadar betapa besar pengorbanannya untukku. Pokoknya aku sangat sayang Eggi dan ingin selamanya dengannya, tak ada lagi nama Sultan Fahrezi. Titik!!!!!
Hari ini kami merayakan setahun jadian kami di Teafunny Cafe, berdua saja. Dan dia memberikanku sebuah cincin berukir namanya “Eggi”. Sangat romantis bukan? Tentu saja aku langsung memeluknya. “I love you, Eggi”, hanya itu yang bisa aku katakan. Aku benar-benar spechless. Tiba-tiba handphone ku berbunyi. Ada sebuah sms masuk...
RANI
To: Firdhamoetz [087789243112];
Slmt ya dek, ats setaun jadian.a ama dek Eggi. Mg klian langgeng deh...
-SEND-
Kemarin baru saja Firdha bilang bahwa hari ini adalah hari setahun jadian dengan Eggi. Dia kemarin terlihat begitu gembira, aku benar-benar yakin bahwa dia memang mencintai Eggi. Dan kini telah melupakan Ezi. Tiba-tiba ada perasaan senang menyelinap di hatiku. Bebanku seakan berkurang ketika cinta Firdha untuk Ezi pudar. Aku yang lebih dulu mencintainya daripada kamu Dha... aku yang lebih dulu...
SULTAN FAHRZI
Firdhaus Manira (Firggian)
Makasih buat kejutannya sayang... i love you ANANDA EGGIAN... :*
Itulah status yang muncul pertama kali ketika kubuka profilmu.
Gelar kesultananku membuatku tak bisa dekat denganmu Dha... Ayah tak pernah mengzinkanku pacaran. Inilah alasan keduaku membenci gelar kesultanan yang aku miliki. Aku yang lebih dulu mencintaimu daripada Eggi. Aku yang lebih dulu mencintaimu daripada kamu menyukaiku... kaulah anak perempuan tomboy yang membeli mainan robot impianku dan memberikannya pada seorang anak pengemis diluar Mall, aku mengikutimu keluar saat itu. Dan ketika melihatmu pertama kali saat MOS, aku yakin kaulah anak perempuan tomboy itu. Aku yakin karna kaulah cinta pertamaku Dha... Aku mencintaimu Dha...
-TAMAT-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar