Senin, 19 Desember 2011

Senja

Senja datang begitu cepat, tanpa sayap-sayap angin sejuk yang membelai indra peraba dengan kelemahlembutannya, tetapi hawa panas dan berdebu bagai mengusir sang angin dengan tarian anggun mereka, memudarkan cahaya matahari menjadi lapisan kuning keruh yang menggantung di atas bumi. Memudarkan senyum pada jiwa-jiwa yang kehilangan nyawa hingga hanya memiliki mata yang penuh dengan doa untuk mengungkapkan seluruh munajat mereka, tentang cinta dan lapar... mereka tak lagi dapat merintih sepelan bisikan angin karena mulut mereka terkunci oleh pikiran mereka sendiri. “Aku memilih mati daripada hidup seperti ini”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar