Malam pertama yang seharusnya indah malah kacau bagi Edu (27 tahun)
dan pasangan. Pria ini tak sabar memulai malam pengantin itu, sebaliknya
sang istri memasukinya dengan rasa cemas. Keduanya mungkin tak
memiliki pengetahuan seksual yang memadai. Akhirnya, malam pertama pun
sangat tidak memuaskan.
Peristiwa itu meninggalkan trauma bagi
sang istri, dan ia kemudian sering menolak berhubungan intim. Lama
kelamaan Edu kian tertekan, kehilangar dorongan seksual (libido).
Akibatnya, ia mengalami keluhan GFS (gangguan fungsi seksual).
Gangguan
dorongan seksual seperti yang dialami Edu, menurut DR. Dr. Koosnadi
Saputra, Sp.Rad, MD, Ph.D, menimpa sekitar 15 persen pria dewasa.
Sekitar 10 persennya berujung pada disfungsi ereksi (DE). Semakin
bertambah umur, kasus DE semakin sering terjadi. Pada pria berumur di
atas 40 tahun, lebih dari setengahnya (52 persen) mengalami DE,
sedangkan 26-40 persen pria mengalami gangguan ejakulasi dini (ED).
"Lain
pria, lain pula wanita. Gangguan seksual pada kaum Hawa lebih banyak
berupa gangguan orgasme, atau tidak puas dalam hubungan seksual," ungkap
spesialis radiologi dan ahli akupuntur dari Perhimpunan Dokter
Akupuntur Medis Indonesia ini.
Penyebab GFS sangat kompleks, bisa
fisik serta psikis, atau kombinasi keduanya. Penyakit fisik seperti
diabetes, penyakit jantung koroner, gangguan sistem saraf urogenitalis,
radang saluran kencing, gangguan hormon, bisa menyebabkan GFS. Pemicu
psikis seperti stres, cemas, kurang percaya diri, trauma pada pengalaman
lalu, dan komunikasi yang buruk dengan pasangan.
Ginjal Lemah
Menurut
ilmu akupuntur, DE disebabkan gangguan fungsi ginjal, hati, dan limpa.
Meridian ginjal dan kandung kemih melewati area yang berkaitan dengan
urogenitalis, sehingga memengaruhi fungsi alat-alat urogenitalis,
termasuk sistem reproduksi, testis, dan ovarium.
Ginjal juga
memengaruhi sistem saraf, otak, dan sumsum tulang belakang, sehingga
sangat berkaitan dengan emosi takut dan depresi. "Karena itu, ginjal
yang lemah sering menimbulkan DE dan ejakulasi dini," ujar dokter di
Sentra Rehabilitasi Medik Meridien Surabaya ini.
Fungsi hati
berkaitan dengan sirkulasi darah, sehingga berpengaruh pada bioenergi
tubuh. Perjalanan meridian hati melingkari genitalia eksternal.
Kontraksi tendon dan otot juga dipengaruhi kerja hati.
"Untuk
ereksi yang kuat, perlu darah dan energi untuk mengisi penuh
rongga-rongga tempat pembuluh darah. Juga penting ada dukungan kerja
tendon dan otot sekitar penis yang memungkinkan terjadinya ereksi dengan
baik," papar staf pengajar di Academy Acupuncture of Surabaya ini.
Fungsi
limpa mengatur transportasi sari makanan dan mengubahnya menjadi darah
dan bioenergi, serta memengaruhi kerja otot-otot dan saluran pencernaan.
Meridian lambung yang berkaitan dengan meridian limpa melewati area
pangkal paha, dan berkaitan dengan genitalia.
"Bila fungsi limpa terganggu, darah dan energi yang diperlukan untuk hubungan seks pun akan terganggu," ujarnya.
Testosteron Meningkat
Seksualitas
itu proses yang kompleks, terkait dengan perilaku yang terkoordinasi
oleh sistem endokrin, saraf, pembuluh darah, dan psikogenik. Peningkatan
usia, menopause dan andropause membuat prevalensi wanita dan pria yang
mengalami disfungsi seksual semakin besar.
Akupuntur yang memiliki
efek endokrinal dan neurologinal dapat digunakan untuk mengatasi DE.
Teknik tusuk jarum mampu mengatasi DE pada pria. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat telah meneliti dan membuktikannya.
Berdasarkan
penelitian kedokteran nuklir, akupuntur pada tungkai (kaki) bisa
mencapai organ testis dengan menyuntikkan bahan radioaktif. "Dengan
dosis sangat kecil, radioaktif bisa sampai ke testis secara benar.
Radioaktif yang digunakan technetium pertechnetate, yaitu sinar gamma," katanya.
Hipotesis
sementara, akupuntur pada kaki bisa meningkatkan testosteron. Jika
testosteron tidak naik pun ternyata ereksi bisa naik. "Jalurnya kan dua,
bisa hormon bisa saraf. Hormonnya tidak naik, ternyata sarafnya bisa
naik," ungkapnya.
Dalam penelitian itu tim Dr. Koosnadi melibatkan 40 pria usia 50-70 tahun, dengan DE atau testosterone deficiency syndrome. Hasilnya, lebih dari 60 persen partisipan berhasil disembuhkan.
"Terapi ini juga bisa dipakai untuk memperbaiki kesuburan pria dan wanita," katanya.
Cara
kerja terapi akupuntur, yakni merangsang saraf-saraf tubuh sesuai
letaknya, sehingga membantu kelancaran peredaran darah. Tujuannya untuk
menyeimbangkan kembali apa yang salah pada sistem saraf manusia.
Terapi
akupuntur untuk DE terdiri atas 6-30 kali kedatangan dengan jarak waktu
2-3 kali seminggu. "Untuk orang normal, tanpa hipertensi, jantung, atau
penyakit lain, biasanya setelah 2 sampai 3 kali terapi, atau maksimal 6
kali kedatangan, sudah tampak perbaikan," sebut anggota Laboratorium
Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Akupuntur, Pusat Humaniora
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbangkes
Kemenkes RI ini.
la mewanti-wanti agar kita hati-hati memilih
terapis. Pasalnya, ada saja praktisi yang melakukan akupuntur di
titik-titik yang tak karuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar