Pengobatan dengan tusuk jarum atau yang dikenal dengan terapi akupuntur
semakin diminati masyarakat, terutama oleh mereka yang mengerti bahaya
zat kimia pada obat medik.
Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Ahli
Akupuntur Indonesia (PDAI) Sumatera Utara Prof Dr Amri Amir di Medan,
Jumat (19/9), mengatakan, terapi akupuntur medik merupakan salah satu
alternatif pengobatan, di samping pengobatan dokter umum dengan obat
kimia atau herbal.
"Beberapa kasus penyakit yang ditangani dapat disembuhkan dengan terapi akupuntur medik secara rutin dan terpadu," katanya.
Ia
mengatakan, teknik pengobatan akupuntur tersebut berasal dari Cina yang
telah hidup ribuan tahun silam dan diyakini dapat mengobati berbagai
macam penyakit serta untuk terapi kecantikan. Namun begitu, tidak
sedikit masyarakat yang belum percaya dengan kemujaraban pengobatan
metode akupuntur ini terlebih melihat peralatan yang digunakan.
Padahal
sejak 1978, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan
pengobatan akupuntur dalam pelayanan kesehatan di samping pengobatan
kedokteran konvensional.
Sayangnya, pengobatan ini belum banyak
dikenal masyarakat, karena itu PDAI terus berupaya menyosialisasikannya
di masyarakat akan manfaat yang bisa diperoleh dari terapi menggunakan
jarum ini.
Ia menuturkan, setelah dikembangkannya teknologi
kedokteran akupuntur di Indonesia, sejumlah rumah sakit di Sumut dewasa
ini sudah mulai melirik keberadaan dokter ahli akupuntur seperti halnya
yang telah dilakukan RSU Pirngadi Medan.
Sayangnya, kata dia,
rencana pembukaan klinik kedokteran akupuntur belum bisa terlaksana
karena jumlah dokter ahli akupuntur masih terbatas di Sumatera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar